April lagi-lagi tinggalkan kenangan pahit. Tak ada kesan, tak ada yang berkesan. Hampir sebulan penuh langitku kelabu. Sang senja yang begitu diagung-agungkan oleh para penikmatnya hanya sesekali mampir menghias hariku. Kini yang tersisa hanya aku, sang pecundang yang masih begitu-begitu saja.
April, bulan yang tiap tahun harusnya ada kenangan yang bisa kusimpan. Kutata indah dengan rapi ditembok ingatan, yang bisa kuingat kalau saja sendu datang menerkam. Tapi si sendu nampaknya sedang tak tahu malu. Aku yang sungguh tak harap kedatangannya, dibuat rapuh karna ulahnya mampir hampir tiap hari. Temannya si kelabu ini. Belum lagi pikiranku yang sibuk kesana kemari mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dibuatnya sendiri. Aku yang memang sudah aneh, mau di-aneh-kan bagaimana lagi sama si takdir? Sialan memang si takdir.
April, judul salah satu lagu dari bung Fiersa Besari. Nampaknya lagu ini memang paling pas jadi soundtrack bulan-bulan april yang kulalui beberapa tahun belakangan. Terlalu galau memang. Tapi aku tak pandai berbohong. Pandai aku apa, pun tak tahu.
Lebih baik apa yang sudah terlewati dibulan-bulan april terdahulu ku ambil hikmahnya sebelum diambil orang. Bisa rugi 7 kali aku. Kapoook hahaha
Note: Ini tulisanku ditahun 2017 yang baru saya publikaskan disini. Terima kasih.
mantap
BalasHapus